Minggu, 23 Mei 2010
"Kebaktian Ngaloken, Pengukuhen Pertua, Penangkuhen, Peridin ras Ngawanken"
Sarapen i rumah PKPW Roy Firdaus Purba S.Th ras rombongen Runggun Jambi
Persiapen Prosesi
Sabtu, 15 Mei 2010
Sabtu, 01 Mei 2010
By: Roy Firdaus, S.Th
(Yakobus 1: 2-4)
Keberhasilan seseorang dalam menghadapi sesuatu permasalahan sangat bergantung dengan bagaimana ia memberi pe-¬nilai-an terhadap permasalahan yang sedang berada di hadapannya. Karena penilaian tersebutlah yang akhirnya memberikan keputusan final tentang bagaimana cara atau strategi yang harus diambil dalam menghadapi permasalahan tersebut. Demikian juga dengan kehidupan orang Kristen. Di dalam Matius 5:44 Tuhan berfirman “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ini adalah salah satu ciri pengajaran Tuhan Yesus yang bertujuan merubah pola pikir seseorang dalam memberikan pe-nilai-an terhadap suatu masalah. Ada pergeseran penilaian dari rasa benci terhadap musuh menjadi mengasihi. Firman ini berlaku tidak hanya untuk zona relationship secara sosial tapi juga terhadap nilai-nilai yang lain. Contohnya dalam hal penilaian akan arti pencobaan. Pencobaan seringkali mendapatkan tempat yang di-“musuhi”, bukan yang di-“kasihi” dalam kehidupan orang Kristen. Seperti di awal pembahasan ini, ternyata cara pandang atau penilaian seseorang sangat mempengaruhi dengan bagaimana ia melancarkan strategi dalam menghadapi permasalahan, atau dalam istilah Yakobus di sebut pencobaan. Strategi tersebut juga mempengaruhi apa hasil yang akan diperoleh.
Core atau inti dari semua teologi yang tengah saya bangun dalam tulisan ini sebenarnya bertitik tumpu dalam pesan yang saya sampaikan di atas, yakni bagaimana orang Kristen harus mampu merubah pola pikir, stigma, stereotipe tentang kehadiran pencobaan dalam hidupnya. Sungguh ekstrim dan terkesan paradoks ketika Yakobus menganjurkan agar kita harus “berbahagia” ketika kita jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan. Namun jika kita renungkan sungguh luar biasa hikmat yang ada di balik pesan tersebut. Pergeseran nilai dari bersedih menjadi berbahagia sejajar dengan keberhasilan yang akan ketika peroleh ketika kita juga menjalankan perintah Tuhan Yesus mengenai mengasihi musuh yang juga telah mengalami pergeseran nilai. Seseorang yang telah mengalami pergeseran penilaian dari memusuhi menjadi mengasihi tentunya sudah pasti akan memperoleh hasil yang sangat jauh berbeda dengan sikapnya sebelumnya. Demikian juga pencobaan, jika kita “mengasihi” dan tidak melihat sebagai sebuah “kutuk”, maka ia akan berubah menjadi sebuah potensi yang sangat menguntungkan bagi kita. Baik untuk penguatan, pematangan, ketekunan, hingga kesempurnaan. Adakah emas mendapatkan kemurnian tanpa melalui penyepuhan dalam api yang membara? Adakah keindahan dapat kita nikmati dalam sebuah pedang yang berkharisma tanpa pembakaran dan pembentukan melalui pukulan-pukulan yang berulang-ulang dari tangan sang maha karya? Demikian juga hidup kita di dalam tangan Sang Maha Kuasa... Amin
Langganan:
Postingan (Atom)